Prasasti Bahasa dan Sastra Indonesia

Kamis, 27 November 2014

Folklor: Mitos-mitos di Nusantara

Mite adalah prosa rakyat, yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empunya cerita.
Mite pada umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk tepografi, gejala alam. Mite juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, hubungan kekerabatan mereka, kisah perang mereka dsb

Sedangkan:
q  Legenda adalah prosa rakyat, yang dianggap benar-benar terjadi  namun tidak dianggap suci.
q  Dongeng adalah prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh oleh waktu maupun tempat.

Mite di Indonesia dibagi 2 (berdasarkan tempat): 1) asli indonesia 2)luar negeri:arab dan india
Yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah mengalami dapatasi, sehingga tidak terasa keasingannya. Untuk mengetahui motif-motif yang berasl dari Indonesia sendiri dan yang berasal dariluar negeri, kita harus membandingkan dengan mite-mite negara lain, seperti mite dari India dan Cina, Bahkan juga dengan mite-mite agama besar lain (selain hindu Budha) seperti Islam dan Nasrani
Di dalam mitologi bangsa-bangsa di  dunia, tanah liat adalah bahan yang paling umum digunakan Sang Pencipta, yang menganut halini antara lain para pemeluk agama Islam, Kristen, Jahudi dan Hindu, serta bangsa Yunanani, Irlandia, Siberia, Cina, Polinesia, Indonesia, Australia, Eskimo, Indian Amerika Utara dan amerika Selatan.
Pada dasarnya adanya persamaan itu hanya dapat diterangkan dengan dua kemungkinan, yakni: 1) monogesis, suatu pertemuan yang diikuti proses difusi, 2) poligenesis, yang disebabkan oleh penemuan-penemuan yang sendiri (independent invention) atau sejajar (parallel invention) dari motif-motif cerita yang sama, ditempat yang berlainan serta dalam masa yang berlainan maupun bersamaan.
Teori-teori yang tergolong monogesis antara lain adalah teori Grimm bersaudara, teori mitologi matahari Max Muller, dan teori Indianist Theodore Benfey.
Teori Grimm mengatakan bahwa dongeng yang telah mereka kumpulkan di Jerman sebenranya dalah mite yang sudah rusak, yang berasal dari rumpun Indo-Eropa kuno. Kelemahan teori Grimm itu adalah bahwa istilah Indo-Eropa sendiri adalah nama suatu bahasa, yang masih bersifat patokan duga (hipotesis), sehingga eksistensi kolektif dan kebudayaannya yang mempergunakan nama itu masih harus dibuktikan (Brunvand, 1968:83-84)
Teori mitologi matahari menganggap bahwa mite sesungguhnya adalah kisah pengulangan kejadian pagi dan malam. Menurut Muller dongeng Eropa bersal dari mite, karena mengandung pelambangan yang sama, yakni terkadinya pagi dan malam (Brunvand, 1968:83-84)
Teori-teori yang termasuk dalam golongan poligenesis antara lain 1) teori survival atau peningglan yang dapat hidup terus dalam kebudayaan. Menurut paham evolusi kebudayaan, setiap kebudayaan mempunyai kemampuan untuk berkembang dari tingkat lebih rendah ke tempst lebih tinggi.2) teori psikoanalisa, menurut aliran ini, persamaan mite-mite dibernagai tempat tempat bukan disebabkan oleh difusi melainkan disebabkan penemuan-penemuan yang berdiri sendiri. 3) Teori Euhemerisme, seorang filsuf Sisilia, ia menganggap bahwa manusia menciptakan para dewanya berdasarkan wajah  dirinya sendiri, para dewa dari mitologi pada hakikatnya adalah manusia yang didewakan, dan mite sebenarnya adalah kisah nyata orang-orang yang pernah hidup, namun kemudian kisah itu mengalami distorsi (Webster’s New World Dictinary). 4) Lawan teori Euhemerisme adalahmyth-ritual theory. Teori ini menganggap bahwaasal mite bukanlah sejarah, menurutnya ruwayat hidup tokoh-tokoh itu bukan diambil dari riwayat hidup mereka yang asli, melainkan dari riwayat hidup tradisional yang telah ada dalam reportoar folklor.

Mite Indonesia
-Mitologi Nias
Menurut mitologi Nias, alam serta seluruh isinya adalah ciptaan Lowalangi.
walaupun mite ini mengandung beberapa motif universal tetapi sebagai keseluruhan cerita, tidak menunjukkan bahwa ia di adaptasi dari negara lain (India), kerana Suku Nias kurang mendapat pengaruh kebudayaan Hindu maupun Islam.

-Mitologi/Legenda Gayo, sumatera
Legenda Gayo menceritkan tentang proyeksi seorang wanita yang mengalami kesukaran dan kekecewaan di dalm hidupnya berangan-angan untuk kembali ke dalam rahim ibunya, yang dianngapnya sebagai suatu tempat yang aman dan sejahtera.
Penyebab kepopuleran legenda ini adalah bahwa dikalangan masyrakat Gayo banyak wanita yang mengalami kesukaran serta kepahitan hidup.


-Mitologi Putri Nyale, Lombok
Mitologi Putri nyale menceritakan tentang  asal-asal usul binatang laut yang khas dan satu-atunya di Dunia yakni di Pulau Lombok,yang disebut nyale, kisahnya berawal dari seorang putri cantik jelita yang diinginkan semua pangeran pada zamannya untuk menikahinya, namun demi rasa tanggung jawab besar dan lebih memantingkan kepentingan rakyat banyak, Ia lebih memilih melenyapkan dirinya sendiri dengan menenggelamkan diri ke laut. Jasadnya yang hilang oleh gelombang laut, tak ditemukan walaupun dengan usaha apapun untuk mencarinya, namun seketika hilangnya jasad putri binatang aneh mirip cacing berwarna hijau muncul pada laut tempat Putri menenggelamkan dirinya.
Penduduk setempat mempercayai Nyale memiliki tuah yang dapat mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan mudarat bagi orang yang meremehkannya. Dan untuk memperingati peristiwa yang dianggap suci ini, setiap tahunnya diadakan pestifal ‘bau nyale’ yang tidak hanya dihadiri masyarakat setempat, namun diramaikan juga oleh tourist local maupun mancanegara.


-Mitologi Kala Rau, Bali
Mitologi Kala Rau menceritakan tentang terbentuknya gerhana bulan, Kala Rau adalah setan yang hanya terbentuk dari sebuah kepala tanpa badan, ia memakan dewi ratih (bulan) ketika dewi hendak menacari tirta, maka terjadilah gerhana bulan. Untuk menghentikan terjadinya gerhana bulan, masyarakat yang meyakini mitologi ini akan membunyikan musik-musik agar mengalihkan perhatian Kala Rau untuk tidak memakan Dewi Ratih karena Kala Rau adalah setan yang senag musik.
Mitologi ini tidak hanya diyakini lapisan masyarak Hindu di Bali, namun pada era 90an mitologi ini juga diyakini masyarkat Lombok yang beragama muslim.

-Mitologi Sangkuriang, Bandung jawa Barat

Mitologi sangkuriang menceritakan tentang terbentuknya gunung Tangkuban Perahu, bagi yang mempercayainya Gunung Tangkuban perahu itu ada akibat perahu milik Sangkuriang yang dihempaskan dengan kekutan dahsyatnya, sehingga jadilah gunung yang agung, yakni Tangkuban Perahu yang pada kenyataannya memang mirip perahu yang terbalik, ia menghempaskan perahunya karena kekesalannya yang tidak bisa memenuhi persyaratan dari wanita yang ia cintai yang menjadi syarat untuk mempersuntingnya, Keeunikan dari kisah ini adalah wanita yang ia cintai tersebut adalah ibu kandungnya sendiri, Sangkuriang tidak meyakini bahwa wanita itu adalah ibu kandungnya sendiri karena kecantikan yang dimiliki ibunya tidak membuatnya terlihat tua atau bertambah umur.


Contoh Mite Luar Negeri
q  Mitologi Kraken (Monter Gurita sang Penguasa Lautan), Norwegia. pernah disinggung dalam film Pirates Of the Carribean dan Clash Of  The Titans.
q  Mitologi benua Atlantis - Plato. Sering disinggung dalam film-film besar, salah satunya Atlantis:the lost empire, Journey 2 dll
q  Mitologi Dinasty Han (3 kerajaan), China.
q  Mitologi Susanoo (Dewa laut), Jepang.

q  Mitologi Gajah Putih, Thailand

Apresiasi Puisi: Analisis Strata Norma Puisi Pina Karya Kuntowijoyo

PINA
(KUNTOWIJOYO)


Di atas pohon pina
surya
mempersembahkan sinarnya
pada semesta
Seseorang tertidur
sangat lelap
di bawahnya
tidak tahu
bahwa Waktu sudah berjalan
sampai di tikungan

ANALISIS STRATA NORMA
1.   Analisis lapis pertama (bunyi atau sound stratum)

·      Pada baris pertama puisi tersebut ada pengulangan bunyi vokal pada sebuah baris yang sama(asonansi) yaitu i dan a.
·      Pada baris pertama sampai baris keempat  terdapat pengulangan bunyi vokal a (pina- surya- sinarnya- semesta)
·      Pada baris ke-10 (terakhir) ada Pengulangan bunyi vokal dari kata-kata yang berurutan atau rima awal(aliterasi) yaitu a (pada semesta)
·      Pada baris ke-6 dan ke-7 terdapat pengulangan bunyi konsonan ng (Seseorang-sangat)
·      Pada baris ke-9 dan ke-10 (terakhir)  terdapat pengulangan bunyi konsonan n (berjalan-tikungan)
·      Pada baris ke-10 (terakhir) ada Pengulangan bunyi vokal dari kata-kata yang berurutan atau rima awal(aliterasi) yaitu i (sampai di tikungan).

2.   Analisis lapis kedua (arti atau units of meaning)

·      Di atas pohon pina
Pohon pina adalah jenis pohon yang tumbuh liar ditepi sungai dan ditempat-tempat lain, pohon ini berbatang langsing, tinggi, tegak dan tidak bercabang (mirip pohon kelapa). Biasanya disawah pohon pina dijadikan tempat bersandar karena batang pohonnya yang tegak.
·      surya
surya=fajar=matahari=mentari
merupakan bintang yang mempunyai energi panas terbesar di dunia yang berguna bagi kelangsungan hidup makhluk hidup (tumbuh-tumbuhan, biantang dan manusia) melalaui cahaya/sinar yang dipancarkannya kebumi. Tanpa sinar surya tumbuh-tumbuhan tidak dapat berfotosintesis dan tanpa sinar surya juga alam akan menjadi gelap gulita.
·      mempersembahkan sinarnya
Sinar surya/matahari yang dipancarkan kebumi terus menerus tanpa henti untuk membantu kelangsungan hidup makhluk hidup adalah sebuah rasa kasih sayangnya yang tanpa lelah ia pancarkan. Meski ia adalah sebuah benda mati dengan pancaran sinarnya yang menyinari dunia ini merupakan sebuah jasa yang teramat besar.
·      pada semesta
alam yang begitu teramat luas , tidak mampu dihitun berapa luasnya dan dialamnya ada berjuta-juta bintang, planet yang merupakan benda-benda langit yang ada dalam semesta ini, tidak mampu dihitun berapa luasnya. Dan pada semesta ini hidup berjuta-juta kehidupan pula.
·         Seseorang tertidur
Seseorang=satu orang
Tertidur=dengan tidak sengaja tidur
Seseorang yang dengan tidak sadar tidur atau tiba-tiba tidur sehingga tidak menyadarkan diri
·         sangat lelap
keadaan yang benar-benar tidak menyadarkan diri, sangat tidak dalam keadaan sadar
·         di bawahnya
dari tempatnya yang lebih rendah
·         tidak tahu
tidak tahu menahu tentang suatu hal
·         bahwa Waktu sudah berjalan
waktu adalah suatu hal yang terus-menerus berjalan bergerak maju dan dengan cepat berubah dari satu titik ke titik didepannya.
·         sampai di tikungan
ketika sesuatu yang beranjak sampai hingga tikungan, akan dengan sekejap hilang dari pandangan, karena arahnya yang telah berbelok.

3.      Analisis lapis ketiga (objek-objek, latar, pelaku, ‘dunia pengarang’ dan lain-lain)

Baris ke-1               pohon pina
Baris ke-2               surya
Baris ke-3               sinarnya
Baris ke-4               semesta
Baris ke-5               Seseorang
Baris ke-6               lelap
Baris ke-7               di bawahnya
Baris ke-8               tidak tahu
Baris ke-9               Waktu
Baris ke-10             tikungan

4.    Analisis lapis keempat (Lapis Implisit)
Pohon pina yang tinggi dan tumbuh tegak adalah penggambaran sebuah jalan atau sebuah cara untuk meraih sinar yang terpancar diatasnya, pohon pina memang bukan pohon yang mudah untuk dipanjat karena tidak bercabang seperti pohon yang lain, tapi dengan usaha yang sungguh-sungguh tidak ada hal yang tidak bisa, namun ada seseorang yang tertidur dibawahnya, menggambarkan bahwa ia hanya diam sementara orang bekerja, ia peka terhadap tuntutan kehidupan ini, zaman yang akan terus berubah, tetapi ia diam tidak melakukan perubahan, tidak melakukan suatu hal yang berguna untuk dirinya atupun orang lain, sedangkan orang-orang telah melakukan perubahan pada dirinya, menggunakan kesempatan waktu yang ia punya untuk menggapai mimpi mereka masing-masing dengan harapan  dan tekad kuat dalam dirinya, tetapi orang itu, adalah orang yang tidak sigap menuai harapan dalam hidup ini, dan acuh akan kesampatan yang ada, malah terbuai pada gemerlap kehidupan yang hanya menghasilkan kesia-siaan sehingga apa yang diimpikannyapun tak akan ia dapatkan di masa yang akan datang.

5.    Lapis kelima (metafisis)
Jangan menunggu apa-apa lagi untuk memulai mimpi, karena waktu tak akan menunggu kita. Lakukan apa yang ada dihadapan kita, dengan sendirinya kemudahan terbuka.

Pengimajinasian Pusi Karawang-Bekasi Karya Chairil Anwar



KARAWANG-BEKASI
(CHAIRIL ANWAR)

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “merdeka” dan angkat senjata lagi,
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
Terbayang kami maju dan berdegak hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa
Memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai-nilai tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskanlah jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang dan Bekasi

(1948)
Brawidjaja,
Jilid 7, No 16,
1957

1.      Imajinasi Puisi “Karawang-Bekasi” Karya Chairil Anwar
Pada bait pertama, Chairil Anwar menuliskan syairnya tentang kejadian yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Dia melihat berbagai kejadian sepanjang sungai Bekasi dan sepanjang jalan antara Karawang-Bekasi, di mana ribuan anak-anak muda tewas silih berganti oleh penjajah. Ribuan orang terkapar di sepanjang jalan Karawang Bekasi dalam perjuangan membela tanah air tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi” adalah penggambaran nasib orang-orang yang tewas di sepanjang jalan tersebut yang tak punya daya dan upaya lagi untuk menghadapi penjajah.”Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami / terbayang kami maju dan mendegap hati ?” mengisyaratkan pesan terhadap pembaca puisinya bahwa pembaca hendaklah membayangkan peristiwa tragis pada waktu itu, suara-suara kesakitan para pemuda dan bagaimana para pemuda tewas dalam melawan penjajahan.
            Pada bait kedua, merupakan curahan hatinya pada pembaca puisinya ataupun siapa saja yang mengerti apa yang sedang dirasakannya. Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi” Narasi puisi Karawang-Bekasi terlantun darinya ketika ia berjalan-jalan di jalan ibu kota pada malam hari. Saat itu dia batuk dan sangat pucat, namun ia tak peduli. Dia selalu teringat dengan berbagai kejadian sepanjang sungai Bekasi dan sepanjang jalan antara Karawang-Bekasi yang pernah disaksikannya sendiri. “Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.”
Orang-orang yang tewas di sepanjang jalan Karawang-Bekasi kebanyakan para pemuda yang memberontak terhadap ketidak adilan penjajah”
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Sajak ini dapat diresapi dan dimengerti maknanya, apabila kita berdiri di hadapan makam dari ratusan korban pembantaian tentara Belanda di Monumen Rawagede, Desa Balongsari, dekat Karawang, dan mendengarkan berbagai kisah pilu dari para korban, janda korban dan anak-cucu korban pembantaian.
“kami sudah beri kami punya jiwa” menggambarkan sebuah pengorbanan seluruh jiwa raga para pejuang pada masa itu, Tanpa memikirkan rasa takut. Memiliki semangat membara yang berkobar-kobar meskipun nyawa adalah taruhan satu-satunya. “kami cuma tulang-tulang berserakan // Tapi adalah kepunyaanmu // kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan” Chairil dalam sajak ini seolah-olah menyampaikan penderitaan yang paling dalam para pejuang saat itu, tulang-tulang yang berserakan tapi adalah kepunyaanmu dan kaulah lagi yang tentukan nilai-nilai sangat menggugah kita para pembaca sajak ini, sebetapa menderitanya saat itu, betapa sakitnya menahan luka-luka disekujur tubuh, betapa sepenuh jiwanya sang pejuang untuk melawan musuh, namun merekalah yang berkuasa atas semua itu. 
            Pada saat itu kematian bukanlah hal yang mungkin bisa ditunda-tunda lagi, melainkan suatu kenyataan yang telah hadir di depan mata para pejuang. Tiap-tiap jiwa akan merasakan mati, namun semua umat manusia akan diuji dengan keburukan dan kebaikan sebagai suatu cobaan. Begitu juga dengan para pejuang kita, mereka menghadapi maut begitu buruknya, begitu pahitnya dengan tujuan membela negara kita tercinta ini.
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
            Sajak ini sengaja dibuat oleh Chairil sangatlah menyentuh hati para pembaca apabila meresapinya dalam-dalam. “kenang-kenanglah kami” beginilah luapan hati Chairil ketika seolah-olah menyampaikan jeritan para pejuang, membalas jerih payah para pahlawan kita. Sudah selayaknya kita sebagai orang-orang yang telah menikmati hasil jerih payah para pejuang, untuk mengenang dan menghargai jasa-jasa para pahlawan.
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
            Puncak dalam puisi ini juga diperlihatkan pada Chairil pada sajak diatas, “kami sekarang mayat” Disini terlihat makna mayat yang secara sifatnya tidak dapat berbicara, Tetapi oleh Chairil mayat tersebut seolah-olah dapat berbicara seperti orang hidup. Mayat yang dapat berbicara dan menyentuh hati para pembicara dan membisiki telinga pembaca untuk mengahargai, memberikan penghargaan yang selayaknya untuk “kami si pejuang”.
 “Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian pada sajak ini seperti mengamanatkan kepada diri kita sebagai generasi muda untuk harus menghargai perjuangan para pahlawan, bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan, semangat perjuanganpun harus menggelora, memiliki sikap berani dan pantang menyerah, tidak lupa untuk selalu diiringi doa kepada Tuhan.

2.      Kata/Frasa/Kalusa/Kalimat yang bermakna Konotatif dan Denotaif
Denotatif
Konotatif
Tidak bisa teriak “merdeka” dan angkat senjata lagi
terbaring antara Karawang-Bekasi
siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Kami mati muda
kami maju dan berdegak hati
Kenang, kenanglah kami
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami sekarang mayat
Kami sudah coba apa yang kami bias

Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai-nilai tulang berserakan

jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan

tidak untuk apa-apa

Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata

Kaulah sekarang yang berkata

Teruskan, teruskanlah jiwa kami

Menjaga Bung Karno/Menjaga Bung Hatta/Menjaga Bung Syahrir

Berilah kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Beribu kami terbaring antara Karawang dan Bekasi
3.      Struktur Gramatikal Puisi “Karawang-Bekasi” Karya Chairil Anwar
frasa
antara Karawang-Bekasi
angkat senjata
jam dinding
mati muda
tinggal tulang
di malam sepi

di garis batas